Sunday, January 03, 2021

Kasus Asusila Artis, Picu Bahasan Open Marriage

https://divorcehelp360.com


Ada dua tanda pagar (tagar) tranding di Twitter yang kemarin menarik perhatianku. Pertama, #SongsongAbadKhilafah. Masya allah, tagar itu bikin hati berbunga – bunga deh. Harap – harap cemas, apa diri ini layak menyaksikan peristiwa besar itu. Apa kelak saat bisyarah Rasulullah saw itu terwujud, aku masih hidup? Semoga.

Kedua, #marriage. Owh ada apa ini? Masalah sosial begini memang jadi salah satu perhatianku. Rupanya, netizen sedang memperbincangan satu topik, Open Marriage atau Open Relationship. Ide obrolan ini muncul pasca kasus asusila artis yang cukup heboh, menemukan titik terang. Netizen menduga si artis menjalani open marriage.

"Bunda bunda kok kaget sih kalo dibuat taon 2017? Jangan polos polos amat dong, open-marriage itu fenomena biasa kok bundsay," begitu bunyi salah satu status twitter terakit.

Open marriage (pernikahan terbuka) atau open relationship (hubungan terbuka) itu sejenis bentuk hubungan antara suami isteri, yang sepakat membolehkan satu sama lain menjalin hubungan dengan orang lain. Isteri boleh menjalin hubungan dengan pria lain. Demikian juga si suami. Masing – masing suami isteri itu tak kan dianggap berselingkuh jika punya pasangan lain. Kan sudah sepakat membolehkan.

Geleng – geleng kepala ya mendengar ada jenis hubungan semacam itu. Reaksi netizen yang nyetatus kayak di atas lebih serem. Dia bilang open marriage fenomena biasa. Sudah sebegini rusakkah masyarakat kita?

Jadi apa dong arti pernikahan bagi pelaku open marriage itu? Cuma formalitas? Hanya ingin memiliki status menikah dimata masyarakat? Untuk menyenangkan keluarga?

Dimana kesakralan pernikahan itu? Bukankah pernikahan dikenal sebagai pelabuhan terakhir sebuah pasangan? Bukankah pernikahan wujud komitmen sebuah pasangan untuk membangun keluarga, lalu meneruskan generasi?

Seorang pria salih pernah berkata, “Hatiku bergetar ketika pada akad nikah mengucapkan, aku terima nikahnya..... Sebab itu artinya tanggung jawab ayah si dia telah berpindah kepadaku. Sekarang akulah yang wajib menyayanginya, menafkahinya, mendidiknya dan melindungi keselamatan serta kehormatannya.”

Wujud kasih sayang dan perlindungan seorang suami adalah rasa cemburu. Suami yang baik tak akan terima wanitanya berada dipelukan lelaki lain, bahkan dilirik sekalipun. Hal itupun berarti menyinggung harga dirinya.

Seorang perempuan baik juga demikian. Ketika akad nikah usai, maka hatinya akan lega karena telah sah memiliki pasangan hidup. Suami menjadi satu – satunya pria yang boleh menyentuhnya. Suami tempat dia bersandar dan memberi pelayanan. Normalnya perempuan pun memiliki rasa cemburu sebagai tanda cintanya pada suami. Tak kan rela dia diduakan.

Makanya mengingat fitrah lelaki dan perempuan, open marriage benar – benar tak manusiawi untuk dijalankan.

Tapi rupanya menurut penelitian yang dikutip beberapa media, open marriage banyak dijalani pasangan di dunia. Tak terkecuali di Indoensia. Penyebabnya adalah ketidakpuasan pada pasangan. Mereka ingin mendapatkan yang lebih, bisa bersenang – senang dengan orang lain.

Ternyata oh ternyata, dunia mengenal lebih dari hubungan aneh bernama open marriage. Ada yang disebut swinger atau praktek tukar pasangan. Ada juga polyamory atau hubungan seseorang dengan beberapa orang sekaligus.

Berbagai jenis hubungan menyimpang ini telah ikut menambah masalah di masyarakat. Pertama, menyebarkan penyakit menular seksual (PMS). psikolog Meity Arianty STP., M. Psi kepada sebuah media mengatakan, “Risiko terbesar dari open relationship ini adalah risiko penularan penyakit secara seksual. Secara umum saya katakan tak ada manfaatnya.

Kedua, menghancurkan rumah tangga. Hubungan tanpa komitmen alamiahnya akan menciptakan keegoisan. Pada akhirnya rumah tangga akan hancur. Hal ini pun berdampak pada anak. Terapis pernikahan Dr Karen Ruskin mengungkapkan bahwa open marriage bisa menggangu perkembangan emosional anak.

"Anak-anak yang merasa tidak berharga untuk dicintai, perkembangannya menjadi buruk, harga diri rendah, dan tidak memiliki kepercayaan diri. Anak-anak yang memiliki rasa rendah diri yang kemudian kita lihat berperilaku di sekolah, akademisi mereka terpengaruh secara negatif, interaksi relasional sosial pun terganggu," kata Dr Ruskin

Perlu kita sadari, segala kegilaan jenis hubungan semacam open marriage ini berkembang di alam sekuler liberal saat ini. Sekulerisme, paham anti atas aturan agama ini, telah mendidik manusia zaman now untuk berprilaku sesuai tuntunan nafsu. Akalnya pun jadi buntu.

Padahal apa yang dimiliki orang asing sama dengan milik pasangan kita. Apa yang diidamkan suami terhadap perempuan lain juga ada pada isterinya. Demikian sebaliknya. Makanya Rasulullah saw mengarahkan para lelaki, agar segera mendatangi isterinya ketika syahwatnya timbul karena perempuan asing.

Jadi tinggal bagaimana kreatifitas pasangan saja dalam mengelola rumah tangga. Dasar keimanan pada Allah swt, bekal ilmu dan kepatuhan kepada Allah swt akan mendorong suami isteri untuk menjaga hubungan sebaik – baiknya. Apa yang kurang dari pasangan akan ia bantu untuk diperbaiki. Kelebihan pasangan akan ia tonjolkan untuk menyuburkan kasih sayang antar mereka.

Janji Allah swt kepada pasangan yang menikah karena takwa, akan memberi mereka sakinah mawaddha warahmah. Masya allah. Begitu indah ajaran Islam dalam mengatur rumah tangga. Begitulah kelak indahnya peradaban Islam ketika menaungi kehidupan kita. Tak ada celah bagi maksiat semacam open marriage untuk berkembang.

0 Comments

Post a Comment